Siapa saya?


Siapa saya? ya..ya..pertanyaan yang singkat tapi butuh jawaban yang panjang.
Oke, saya akan mencoba untuk menjawab pertanyaan singkat tersebut.
Lahir dengan nama yang boleh dibilang cukup bagus lah pada 02 Desember 1992, yaa.. "Dresti Ali Arifin".
Lahir sebagai putra pertama yang paling ganteng dengan 2 adik cantik nan pintar 'Bestari Nurfera' dan 'Irba Luthfiah'.
Sebagai anak pertama dan cowok kamu harus bisa memberi contoh dan menjaga adik-adikmu, begitu ucap bapakku dan selalu kuingat.

Lalu, itu foto siapa?
Sebelah kiri adalah foto Dresti Ali Arifin saat pertama kali masuk ke kampus AliWardhana atau Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) sekitar 2,5 tahun yang lalu. Sebelah kanan juga foto Dresti Ali Arifin setelah menjadi mahasiswa tingkat akhir Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.
Beda?
iya pastinya, sebelum masuk perkuliahan wajahnya terlihat kucel tapi setelah menjadi mahasiswa tingkat akhir justru semakin kucel #lhoh hahaha..
Kalian bisa menilai sendiri perbedaan before and after me dari foto tersebut.

Kuliah di STAN itu ngga begitu saja, melainkan butuh proses dari masa TK, SD, SMP dan SMA. 
TK saya cukup sebulan, mungkin itulah yang menyebabkan saya dengan umur kurang dari 20 tahun sudah bisa wisuda dari kampus tercinta ini. Amin. Karena saya sudah bisa menangkap pelajaran dan bisa mengerti akhirnya saya diluluskan untuk bisa melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar (SD). Alhasil tidak sia-sia, saya mendapat juara III di catur wulan pertama. Saat itu masih menggunakan istilah catur wulan sebelum diganti menjadi semester. Jujur selama masa-masa sekolah saya selalu mendapat tekanan dari orang tua terutama Bapak untuk selalu menjadi nomor satu (ranking 1). Hari demi hari selalu harus belajar dan belajar. SD boleh dikatakan saya termasuk anak yang cerdas, hampir selalu dapat ranking 1 dikelas. Sering mewakili sekolah untuk lomba juga :')

Setelah masuk Sekolah Menengah Pertama prestasi saya turun. Ya mungkin sudah mulai mengenal pergaulan dengan teman-teman dari kota, maklum rumah saya di desa. Prestasi semakin anjlok tatkala memasuki Sekolah Menengah Atas. Disinilah masa-masa remaja yang sangat indah. Karakter seseorang sudah mulai terlihat di masa-masa SMA dan di masa inilah nakalnya seorang Dresti Ali Arifin terlihat. Orangtua tetap menuntut untuk selalu belajar dan belajar. Masih teringat masa-masa itu dimana hari Minggu sampai Jumat sehabis solat magrib saya sudah diharuskan berada di depan buku. Saya merasa tidak nyaman dengan kondisi yang demikian. Saya mulai berani melawan orang tua tentang tekanan yang saya dapat #astagfirulloh.

Dan malam minggu satu-satunya kesempatan yang diberikan kepada saya untuk keluar tidak saya sia-siakan. Pesannya jangan pulang malam-malam, dan saya pun ngga pulang malam melainkan pulang pagi alias ga pulang rumah. Haha..Pikir saya daripada pulang jam 11 atau 12 malam Bapak belum tidur pasti dimarahi, ya lanjut sampai pagi aja. Nongkrong, ngopi bareng, "nonton" balap liar...ya begitulah malam-malam saya habiskan.

Saya sadar kok, Orang tua begitu karena begitu sayangnya mereka kepadaku. Cuma mungkin cara mereka terlalu berlebihan. Pernah sesekali berantem dengan Bapak, buat Ibu menangis juga :'(. Dari situ saya sadar, saya harus bisa berpikir kedepan. Orang tua sangat pengen anaknya bisa kuliah. Maklum Bapak hanya lulusan SMA dan Ibu hanya SMP. Saya juga sadar ekonomi keluarga juga pas-pasan. Tidak akan mampu untuk membiayai kuliah saya. Jika masih pengen kuliah, saya harus mencari sekolah yang gratis. Sekolah-sekolah kedinasan pun saya coba yakni STPN, STIS dan STAN.

Alhamdulillah saya bersyukur diterima di Sekolah Kedinasan nomor satu (menurut saya) yaitu STAN.
Kalau ada orang paling beruntung didunia ini itu mungkin saya. Percaya ngga percaya saya diterima di STAN :'). Perjuangan saya untuk bisa dapatkan 1 kursi di STAN cukup gigih. Saya harus pulang-pergi Jogja-Blora untuk bisa mendapatkan kartu ujian. Masih ingat memori itu dimana saya harus menginap di rumah mas Taufik, sopir taksi yang begitu baik yang belum pernah saya temui sebelumnya. Sempat mau nebeng truk karena kehabisan bus. Ya mungkin itulah sekilas perjuangan saya, untuk lebih jelasnya mungkin saya akan bercerita dilain kesempatan.

Pesan dari Orang tua yang tidak pernah saya lupakan "dimanapun tempatnya usahakan untuk selalu jujur". Dan makasih buat Bapak, Ibu atas bimbingannya sehingga saya bisa menjadi seperti ini. Tidak lupa kedua adikku yang cantik yang selalu bisa menghadirkan canda tawa disaat kita bersama :). 
I love you all my family :*
Jadi menurut kalian bagaimana saya? :)

0 komentar:

Posting Komentar