Perjalanan 3 Sekawan Part 1


Pernah denger cerita tentang tiga sekawan Waluyo Sutrisno dan Satria?? Mereka semua adalah mahasiswa tingkat akhir di sebuah perguruan tinggi kedinasan di Jakarta. Pernah tergabung dalam satu kelas. Awalnya sih ga deket, tapi ada satu masalah yg akhirnya membuat Waluyo dan Sutrisno dekat, haha. Waktu itu Satria belum join to de club eettddaahh. Kalo katanya sih dia ga mau terlalu deket sama orang, ga tau alesannya kenapa saya lupa, haha.

Mereka itu sering banget punya ide ide gila yg bisa menggebrak dunia kampus mereka yg terkesan 'safe'. Tapi sayang kurang banget action-nya. Ide gila itu biasanya muncul ketika mereka duduk bersama ngobrol ngalur ngidul ga ada ujungnya. Mulai dari ngobrolin pelajaran sampe ujung ujungnya sih si Waluyo curhat tentang hatinya sama si Tante Yuli. Upss Sorry broth... Hihihihi

Nah sebelumnya kita kenalan dulu ya sama karakter orang orang super itu. Jeng jeng jeng 
Waluyo itu orangnya ga ekonomis tapi efisien dan efektif. Agak bawel, ngoceh ga udah2, tipe orang yg santai. Tapi dia itu cerdas cuma males aja. Waluyo ini orangnya hitam eksotis katanya *huek
Dari dulu Waluyo pengen cumlaude2 nih, tapi ga keturutan hihi. Ya mungkin kapasitas otaknya udah mentok segitu kali ya. Kalo Sutrisno (Cutris) itu pinter, rajin, hobi utak atik motor, dulu sih katanya pembalap. Cuma sekarang udah agak tobat, *semoga*. Cutris ini sayang bangetlah sama si "F" nya, haha..Cutris ini kalo sama Waluyo udah kaya brotha sendiri, akrab banget!. Pola pikir ga jauh beda, sama-sama gilanya. Cuma si Cutris ini lebih pinter dikit lah ya, hihihih...Satria ga jauh beda sama Waluyo, tapi dia punya hobi melukis, nonton, sama nge-dance *ceilah. Sering telat kalo kuliah, tapi nilainya bagus terus (aneh ga sih?). Sebenarnya dia memendam rasa sama seseorang tapi malu-malu. Si Satria ini punya senyum khas deh, kalo kata Waluyo sih senyum mesum *piss Sat :D

Pada suatu malam mereka ngumpul nih ceritanya, dimana lagi kalo bukan di Cutris's Palace (Kosan Sutrisno-Red). Mereka berencana mau liburan setelah ujian tapi ga jelas mau liburan kemana. Awalnya ada yg usul liburan ke daerah jawa barat aja secara waktu liburnya cuma 3 hari, ga sempet kalo mau jauh jauh. Tapi kali ini setan turut andil dalam munculnya ide liburan. Ya yayaya mereka memutuskan buat liburan ke Jogja dengan cara backpacker. Oh mannn, jauh gilak. Jarak Jakarta-Jogja ga sedeket kayak di peta *yaiyalah* apalagi liburan cuma 3 hari, bisa bisa cuma capek di jalan doang. Sejurus kemudian akhirnya mereka sepakat!! 

***** PLANNING DADAKAN *****
Besoknya si Cutris sama Waluyo di daulat untuk beli tiket kereta ekonomi bengawan jurusan solojebres distasiun tanah abang. Begoknya mereka berdua pas mau beli tiket adalah mereka ga tau jalan ke stasiun tanah abang. Ba'da Solat Jumat si Waluyo sempet googling jalur dari kampus mereka ke stasiun tanah abang. Dengan modal nekat mereka cus berangkat, agak nyasar nyasar dikit sih tapi berkat insting dan naluri keibuan *salah* si Waluyo akhirnya mereka sampai dengan selamat sentausa.

***** STASIUN TANAH ABANG ******
Situasi di stasiun tanah abang saat itu terpantau ramai lancar *kayak jalan toll*. Setelah tanya tanya ke petugas stasiun mereka akhirnya mengantri tiket, nah pas ngantri tiket ini si Waluyo merhatiin ibuk ibuk yg sepertinya operasi idung biar mancung tapi failed, kebayang dong ya bentuknya. Begoknya si waluyo ini diperhatiin terus itu ibuk ibuk untungnya si ibuk ga nggigit, haha. Oke lanjut lah ya, tiket sudah di tangan. Niatnya sih mau pulang tapi kok belum sore, yaudah si Waluyo ngasih ide buat ke monas secara si Cutris sampe tingkat akhir dia kuliah di Ibukota belum pernah sekalipun ke monas. Can u imagine? Ga gaul banget ya? Hahaha. Pas nyampe di situ kebayang dong si Cutris sampe kalap poto di monas dari berbagai angle sampe menjelang sore. Nah si Cutris ini sebenarnya ngajak si Waluyo ke Mall (re:tampur) tapi si Waluyo nolak takut khilaf katanya. Huft banget lah si Waluyo. Akhirnya mereka pun cus pulang.

**** WAKTU UTS ****
Nah ini, bukannya pada belajar malah browsing tempat wisata di jogja. Ga cuma itu, ketika ada salah satu dari mereka yg lagi belajar pasti ada aja yg gangguin, mulai dari ngechat sambil ngirim link tempat wisata sampe malah ngobrolin planning nanti di Jogja mau ngapain aja. Oh iya hampir lupa, pada saat itu mereka belum tau mau nginep dimana selama di Jogja, sempet muncul ide mau nginep di losmen losmen murah atau mentok mentok ya nginep di masjid. Pada saat malam sebelum ujian AKL (Akuntansi Keuangan Lanjutan) si Waluyo yg ga tau apa apa sama materi ujian ikut tentir dimana mana demi nilai yg baik, eh ujung ujungnya terdampar juga ke kosan Sutrisno dan ternyata si Cutris juga belum ngerti, yaudah belajar bareng deh manusia itu. Dan si Satria tetiba muncul sambil senyum mesumnya haha. Paham deh ya, bukannya belajar mereka malah ngobrolin liburan -____-. Ujian hari terakhir semakin ga konsen, berasa pengen cepet kelar. Selesai Ujian sebenernya ada pembagian Uang rapelan, tapi cuma Waluyo yg sempet ngambil, lumayan buat ongkos.

Oke, sampai sini dulu deh cerita 3 sekawan Waluyo Sutrisno dan Satria. Masih penasaran kan liburan mereka gimana nanti? So, tunggu part-part selanjutnya yaa :)


Proposal Hidupku


Saya pernah membaca tulisan yang mengatakan bahwa ''hidup itu singkat, dan hidup yang singkat itu akan menentukan kehidupan kita di akhirat nanti''. Semua yang kita lakukan didunia ini kelak akan ada pembalasannya. Tak memandang perbuatan baik ataupun buruk, semua akan mendapatkan pembalasan.

Awalnya kita dilahirkan dalam keadaan suci untuk melihat dunia ini. Alhamdulillah saya dititipkan kepada orang tua yang begitu menyayangi saya. Tumbuh dan berkembang dari keluarga yang sangat sederhana yang tinggal di sebuah desa kecil nan indah di sebuah kota kecil di Jawa Tengah.
Saya tidak menyesal dilahirkan sebagai anak desa, karena saya bisa merasakan kesejukan yang tidak dapat saya rasakan di Jakarta. Kekerabatan didesa begitu kuat, hampir setiap orang didesa saling mengenal. Damai, sejuk, indah, itulah kenapa saya begitu menyukai suasana pedesaan.

Manusia terlahir di dunia itu sama, faktor keluarga dan lingkungan sekitar lah yang pertama menyebabkan perbedaan awal sifat manusia. Lahir sebagai bocah ndeso (anak desa) tak membuat saya malu. Karena ada beberapa hal yang tidak dapat dinikmati orang lain disini. Begitu juga dengan kepribadian saya yang mungkin tidak ada satu orangpun didunia ini yang bisa menyamainya.
Disini saya akan mencoba menilai kelebihan dan kekurangan saya, walaupun sebenarnya kelebihan seseorang akan lebih terlihat kalau orang lain yang menilainya.
Beberapa kelebihan yang saya miliki yang saya dapatkan dari penilian teman-teman dekat saya :
- Katanya sih asik
- Rajin
- Mudah Bergaul dan sahabat yang baik
- Penyanyang dam setia *uhuk
- Humoris
- Santai dan tidak terkesan ambisius
- Berjuang keras untuk dapatkan sesuatu yang diinginkan

Dibalik kelebihan tentunya selalu terdapat beberapa kekurangan karena tak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Berikut kekurangan-kekurangan yang ada dalam diri saya :
- Terkadang malas berusaha
- Boros
- Emosional
- Bercanda keterlaluan
- Bosan pada kondisi yang monoton
- Belum bisa membagi waktu
- Ngomong asal tanpa dipikir dulu (plos-plosan)

Sekali lagi saya katakan tidak ada manusia yang sempurna, kesempurnaan hanyalah milik Allah dan saya hanya bisa mencoba untuk menjadi sempurna. Untuk menjadi sempurna tak luput saya mempunyai beberapa mimpi-mimpi kedepannya. Karena hidup berawal dari mimpi dan tak ada yang tidak mungkin untuk mewujudkan mimpi tersebut. Saya akan membagi mimpi saya kedalam 3 jangka waktu, yaitu jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

Jangka Pendek :
- Lulus D3 STAN dengan IPK yang memuaskan
- Bismillah penempatan di Jawa
- Handal main musik
- Membiayai kuliah adek
- Memperbaiki rumah

Jangka Menengah :
- Melanjutkan pendidikan S1
- Beli motor idaman dengan uang sendiri
- Menikah
- Mempunyai anak yang sholeh dan sholehah
- Merintis usaha sendiri

Jangka Panjang :
- Menghajikan kedua orangtua, insyaallah
- Melanjutkan pendidikan S2
- Beli rumah sendiri
- Beli mobil sendiri
- Melanjutkan dan mengembangkan usaha untuk menjadi businessman

Memang benar semua berawal dari mimpi, tapi kalau hanya mimpi tanpa berusaha untuk mencapainya ibarat melukis diatas air. It's imposibble. Dengan kelebihan dan kekurangan yang ada dalam diri kita, pasti kita bisa mewujudkan mimpi-mimpi indah itu. Dan suatu saat saya yakin, dalam perjalanan untuk mewujudkan mimpi saya ini pasti akan banyak kendala yang menghadang. Yang bahkan bisa membuat saya jatuh.
Untuk itulah saya menulis artikel ini jika suatu saat saya terjatuh paling tidak ada yang mengingatkan saya akan mimpi-mimpi yang masih harus saya wujudkan.

Kita sebagai manusia hanya perlu berusaha dan terus berusaha, karena yang menentukan hasilnya hanyalah Tuhan Semesta Alam Allah SWT. Berusaha keras, optimis dan terus berdoa untuk suatu mimpi yang mulia ini. Ya Allah inilah proposal hidup dari bocah pemimpi dan atas izin-Mu kabulkanlah doa hamba-Mu ini dan tuntunlah hamba-Mu ini di setiap langkah agar mampu mewujudkan mimpi mulia ini...amin


Siapa saya?


Siapa saya? ya..ya..pertanyaan yang singkat tapi butuh jawaban yang panjang.
Oke, saya akan mencoba untuk menjawab pertanyaan singkat tersebut.
Lahir dengan nama yang boleh dibilang cukup bagus lah pada 02 Desember 1992, yaa.. "Dresti Ali Arifin".
Lahir sebagai putra pertama yang paling ganteng dengan 2 adik cantik nan pintar 'Bestari Nurfera' dan 'Irba Luthfiah'.
Sebagai anak pertama dan cowok kamu harus bisa memberi contoh dan menjaga adik-adikmu, begitu ucap bapakku dan selalu kuingat.

Lalu, itu foto siapa?
Sebelah kiri adalah foto Dresti Ali Arifin saat pertama kali masuk ke kampus AliWardhana atau Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) sekitar 2,5 tahun yang lalu. Sebelah kanan juga foto Dresti Ali Arifin setelah menjadi mahasiswa tingkat akhir Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.
Beda?
iya pastinya, sebelum masuk perkuliahan wajahnya terlihat kucel tapi setelah menjadi mahasiswa tingkat akhir justru semakin kucel #lhoh hahaha..
Kalian bisa menilai sendiri perbedaan before and after me dari foto tersebut.

Kuliah di STAN itu ngga begitu saja, melainkan butuh proses dari masa TK, SD, SMP dan SMA. 
TK saya cukup sebulan, mungkin itulah yang menyebabkan saya dengan umur kurang dari 20 tahun sudah bisa wisuda dari kampus tercinta ini. Amin. Karena saya sudah bisa menangkap pelajaran dan bisa mengerti akhirnya saya diluluskan untuk bisa melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar (SD). Alhasil tidak sia-sia, saya mendapat juara III di catur wulan pertama. Saat itu masih menggunakan istilah catur wulan sebelum diganti menjadi semester. Jujur selama masa-masa sekolah saya selalu mendapat tekanan dari orang tua terutama Bapak untuk selalu menjadi nomor satu (ranking 1). Hari demi hari selalu harus belajar dan belajar. SD boleh dikatakan saya termasuk anak yang cerdas, hampir selalu dapat ranking 1 dikelas. Sering mewakili sekolah untuk lomba juga :')

Setelah masuk Sekolah Menengah Pertama prestasi saya turun. Ya mungkin sudah mulai mengenal pergaulan dengan teman-teman dari kota, maklum rumah saya di desa. Prestasi semakin anjlok tatkala memasuki Sekolah Menengah Atas. Disinilah masa-masa remaja yang sangat indah. Karakter seseorang sudah mulai terlihat di masa-masa SMA dan di masa inilah nakalnya seorang Dresti Ali Arifin terlihat. Orangtua tetap menuntut untuk selalu belajar dan belajar. Masih teringat masa-masa itu dimana hari Minggu sampai Jumat sehabis solat magrib saya sudah diharuskan berada di depan buku. Saya merasa tidak nyaman dengan kondisi yang demikian. Saya mulai berani melawan orang tua tentang tekanan yang saya dapat #astagfirulloh.

Dan malam minggu satu-satunya kesempatan yang diberikan kepada saya untuk keluar tidak saya sia-siakan. Pesannya jangan pulang malam-malam, dan saya pun ngga pulang malam melainkan pulang pagi alias ga pulang rumah. Haha..Pikir saya daripada pulang jam 11 atau 12 malam Bapak belum tidur pasti dimarahi, ya lanjut sampai pagi aja. Nongkrong, ngopi bareng, "nonton" balap liar...ya begitulah malam-malam saya habiskan.

Saya sadar kok, Orang tua begitu karena begitu sayangnya mereka kepadaku. Cuma mungkin cara mereka terlalu berlebihan. Pernah sesekali berantem dengan Bapak, buat Ibu menangis juga :'(. Dari situ saya sadar, saya harus bisa berpikir kedepan. Orang tua sangat pengen anaknya bisa kuliah. Maklum Bapak hanya lulusan SMA dan Ibu hanya SMP. Saya juga sadar ekonomi keluarga juga pas-pasan. Tidak akan mampu untuk membiayai kuliah saya. Jika masih pengen kuliah, saya harus mencari sekolah yang gratis. Sekolah-sekolah kedinasan pun saya coba yakni STPN, STIS dan STAN.

Alhamdulillah saya bersyukur diterima di Sekolah Kedinasan nomor satu (menurut saya) yaitu STAN.
Kalau ada orang paling beruntung didunia ini itu mungkin saya. Percaya ngga percaya saya diterima di STAN :'). Perjuangan saya untuk bisa dapatkan 1 kursi di STAN cukup gigih. Saya harus pulang-pergi Jogja-Blora untuk bisa mendapatkan kartu ujian. Masih ingat memori itu dimana saya harus menginap di rumah mas Taufik, sopir taksi yang begitu baik yang belum pernah saya temui sebelumnya. Sempat mau nebeng truk karena kehabisan bus. Ya mungkin itulah sekilas perjuangan saya, untuk lebih jelasnya mungkin saya akan bercerita dilain kesempatan.

Pesan dari Orang tua yang tidak pernah saya lupakan "dimanapun tempatnya usahakan untuk selalu jujur". Dan makasih buat Bapak, Ibu atas bimbingannya sehingga saya bisa menjadi seperti ini. Tidak lupa kedua adikku yang cantik yang selalu bisa menghadirkan canda tawa disaat kita bersama :). 
I love you all my family :*
Jadi menurut kalian bagaimana saya? :)